Aku mencoba melupakan laki-laki yang bernama Rio itu. Sudah tak mungkin aku akan bertemu dengannya. Ini sudah bulan ke tiga setelah terakhir aku bertemu dengannya. Kini aku tak mau membuang waktu untuk menunggu seseorang yang takkan pernah datang.
Aku menyibukkan diriku dengan berbagai macam aktifitas. Tapi aktifitas yang bisa benar-benar membuatku relax adalah menari ballet, dance, dan mengajak Chi,anjingku jalan-jalan.Dan sekarang aku sedang mencoba kegiatan lain, yaitu membaca.
Hari ini aku pergi ke sanggar menari dekat rumahku hanya untuk menghilangkan penat. Kulihat beberapa anak kecil mondar mandir sambil membenarkan tutu mereka. Aku selalu senang di sanggar ini karena selalu di sambut ramah oleh guru-gurunya.
Ada salah satu anak perempuan bernama Belle. Dia kira-kira berumur lima tahun dan manis sekali. Gerakannya saat menari sangat lentur dan indah. Aku sangat menyukainya karena dia ramah dan baik.
Tetapi,apa yang kulihat sekarang benar-benar mengejutkan.
Belle datang bersama seorang laki-laki muda. Mereka bergandengan tangan sambil tertawa terbahak-bahak. Dan satu hal yang membuatku hampir jatuh pingsan saking kagetnya adalah sapaan dari guru Belle, "Hai, Belle, halo pak Rio,lagi tidak sibuk ya sampai mengantar anaknya?"
Anak?Anaknya?Dia sudah berkeluarga?
Segera kubuang mukaku saat Rio menatapku. Tapi naasnya, Belle malah meneriakkan namaku, "Kak Amanda!". Terpaksa aku tersenyum padanya dan menghindari tatapan mata Rio.
Sial,bisikku dalam hati. Bagaimana bisa aku menyukai laki-laki yang sudah berkeluarga?
Belle mengajakku berkenalan dengan,er,ayahnya. "Papa,ini Kak Amanda yang suka kuceritakan!", kata Belle riang.
What?! Apa katanya tadi? Ia menceritakan aku? Duh
Rio tersenyum dan menyuruh Belle masuk ke dalam kelas. Aku dan dia berhadapan dan aku memberikan senyuman tipis dan beranjak pergi. Tak kusangka tanggannya mencengkran pergelangan tanganku.
Aku hampir menamparnya saat kulihat ia menatapku dengan tatapan nanar dan berkata, "Aku perlu bicara padamu". Aku lalu mengangguk dan mengikuti dia keluar dari sanggar.
Saat di luar sanggar dia membuat suara sekecil mungkin, "Dia bukan anakku, Belle adalah adik tiriku, ayahku menikah lagi dengan perempuan muda sekitar enam tahun yang lalu, lebih tepatnya menikah siri". Aku pura-pura menunjukkan ekspresi kaget padahal aku tak mau tahu. Lagipula kenapa sih dia mengatakan sebuah 'aib' keluarganya??
"Dengar,aku harus jujur padamu,Amanda",katanya dengan suara lirih. Aku menatapnya dan berusaha untuk tidak terlena dengannya. "Aku menyukaimu di awal perjumpaan kita, kau ingat saat aku menaiki bus yang sama denganmu?Aku sudah menyukaimu dari situ, Aku selalu mencari informasi tentangmu dari orang-orang sekitar".
Aku terbelalak kaget, tak percaya. Ia mengatur napasnya dan mulai membuka suara, "Tapi, aku bingung, apakah kau adalah orang yang benar-benar kucintai? Karena kita hanya melakukan sebuah pertemuan singkat,kan?Karena itu aku mencoba melupakanmu selama tiga bulan terakhir".
"Tapi,Belle selalu menceritakan tentangmu dan itu membuatku semakin ingin menemuimu,Amanda,kutahu kau akan menganggap ini gila,tak masuk akal, tapi aku menyukaimu".
"Apa kau jujur?",tanyaku tak percaya. Ia mengangguk sambil melihat kebawah.
"Aku tahu kau akan berfikiran kalau aku-". "Aku juga menyukaimu,Rio".
Sekarang, gantian Rio yang menatapku tak percaya. Aku memberikan senyuman yang menyakinkan sehingga ia memelukku sangat erat. Sampai-sampai aku bisa mencium aroma tubuhnya.
Aku membalas pelukannya dengan pelukan lain,yang lebih hangat. Oh Tuhan, terimakasih. Karena sebuah pertemuan singkat itu menyatukan kita begitu erat.